Skip to content
Menu
Perjalanan Institut Cahaya
  • Beranda
  • Jurnal Ummi
  • Jurnal Kakak
  • Yang Menarik Lainnya
  • Jurnal Mas Akif
Perjalanan Institut Cahaya

Solo Travelling 

Posted on 17 Januari 202017 Januari 2020

Kapan terakhir aku melakukan perjalanan sendirian?

Sekitar usia SMP, aku pertama kalinya mencicipi perjalanan jauh tanpa orang lain termasuk bapak dan ibu. Sendirian dengan angkutan umum, kira-kira usiaku 12 atau 13 tahun. Perjalanan ‘biasaku’ antar kabupaten, sedangkan yang terjauh adalah Jogja-Batang dengan perjalanan kisaran 4 jam dan 3 kali berganti bus umum. Padahal saat itu tentu saja belum ada teknologi HP apalagi smartphone. Kalaupun sudah ada, belum tentu juga aku memilikinya.

Selanjutnya SMA hingga kuliah, perjalanan sendirian, sebutlah istilahnya solo travelling biar nampak keren hahaha, semakin sering dan biasa kulakukan. Yang tersering mengandung unsur Jogja, sedangkan yang terjauh adalah Lampung. Modal favoritku adalah bus angkutan umum, dimana aku bisa puas menatap keluar jendela, atau sesekali mengamati para penumpang bus lalu berkutat dengan pikiranku sendiri mengenai berbagai latar belakang dan cerita hidup yang dialaminya. Meski aku bukan sosok pemikir, penyendiri dan pengamat yang baik, momen-momen ‘sendiri’ semacam ini jujur saja kadang membuatku rindu.

Sebagai seorang perempuan, banyak hal berubah setelah memasuki jenjang pernikahan. Tanggung jawab, komitmen, dan pengabdian adalah diantara yang muncul beriringan dengan berubahnya status seseorang lajang menjadi istri. Ketiganya hadir karena sadar konsekuensi atas sebuah keputusan, dengan mengacu kepada apa yang agama dan norma-norma tuntunkan.

Hal menarik lain tentang pernikahan adalah beberapa aspek emosional yang secara natural berubah. Seindependen apapun seseorang sebelum menikah, ternyata setelah menikah, Allah ilhamkan kepadanya rasa bergantung dan kekuranglengkapan yang hanya bisa dipenuhi oleh peran pasangannya. Ada ruang-ruang yang ia sisihkan untuk diisi sang belahan jiwa, sehingga baik suami maupun istri bisa saling menyempurnakan, saling menopang.

Beriringan dengan mengalirnya kehidupan pasca pernikahan, hampir tidak pernah kulakukan lagi perjalanan sendirian. Selain memang sepertinya tidak ada keperluan yang menghajatkanku melakukannya, rasa-rasanya ganjil jika aku bepergian sendiri. Bahkan sekadar naik motor Bantul – Gunungkidul yang dahulu semasa gadis bisa kulakoni sendirian pulang pergi, setelah menikah memang tidak ada alasanku melakukannya. Lagipula, alhamdulillah suami juga selalu dengan senang hati mengupayakan menyertai jika suatu saat ku harus melakukan perjalanan jauh. Ini baru soal setelah menikah ya. Setelah punya anak solo travelling lebih jarang lagi kulakukan. Hohoho.

Jadi, kapan terakhir kali aku melakukan perjalanan jauh sendirian? Tepatnya kapan, aku lupa. Tapi, besok pagi aku akan kembali melakukannya. Ya, besok pagi. Meski mulanya karena tak sengaja, karena sesuatu hal diluar rencana, aku berkesempatan melakukan solo travelling lagi. Sempat muncul rasa khawatir, canggung, apakah aku “bisa”? Sedangkan di sisi lain dalam hati, ada antusiasme yang mulai bergejolak. Seperti apa ya rasanya? Masihkah aku mampu? Apakah ini akan menjadi jalan laim untuk lebih banyak memgenal dan berdialog dengan diri sendiri?

#day13 #writingishealing

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 

Hai! Selamat datang di blog keluarga kami, #institutcahaya. Di sini kami akan berbagi kisah tentang perjalanan kami belajar, bertumbuh, dan berkontribusi untuk kemanfaatan sebagai keluarga pelaku home-based education. 

Sebagaimana perjalanan, terkadang kami melalui jalan menanjak, menurun, berkelok, jalan mulus dan bergelombang. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menemukan makna dan keindahan pada setiap prosesnya. Selamat menyimak ya!!! Mari belajar bersama 🙂

KATEGORI TULISAN

Mau cari tentang apa?

TULISAN TERBARU

  • Petualangan di Lintang Sewu
  • Terlindungi: Flash Fic – Cat Rescue
  • Fabel #3 – Ikan Ajaib dan Pak Nelayan yang Dermawan

KOMENTAR TERKINI

  • Institut Cahaya pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
  • Institut Cahaya pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
  • Fatya Bakhitah Sulaiman pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
©2022 Perjalanan Institut Cahaya | WordPress Theme by Superbthemes.com