Skip to content
Menu
Perjalanan Institut Cahaya
  • Beranda
  • Jurnal Ummi
  • Jurnal Kakak
  • Yang Menarik Lainnya
  • Jurnal Mas Akif
Perjalanan Institut Cahaya

Membangunkan Anak Sahur (#ramadhanstory #day1)

Posted on 24 April 202027 April 2020

Hari ini hari pertama Ramadhan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini saya merasa lebih rileks. Mendampingi tiga anak berpuasa (ya, baru 3 karena si bungsu belum mulai berpuasa) sungguh tantangan tersendiri. Terutama memastikan asupan mereka–yang saat ini masih berada dalam masa pertumbuhan– cukup untuk berpuasa. Momentum yang paling menantang adalah: waktu sahur.

Setidaknya ada tiga tantangan besar yang saya hadapi setiap kali sahur, berkaca pada Ramadhan tahun-tahun lalu. Pertama, menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis makan. Kedua, memastikan apa yang mereka makan cukup untuk bekal berpuasa seharian. Ketiga (nah ini terkait dengan keduanya), menjaga mood mereka selama makan. Yang ketiga ini, meski nampak sepele, bisa menjadi penentu kesuksesan semuanya. Sebab sekali mood hancur, berantakan lah semua rencana berkaitan dengan acara makan sahur yang waktunya sangat singkat ini. Dari total 1 jam waktu sahur, bisa-bisa 45 menit habis hanya untuk memperbaiki mood. Untuk menjaga mood anak-anak dengan rentang usia yang berbeda sebagaimana trio TAH, ada beberapa strategi umum yang biasa kami jalankan di rumah.

#1

Pertama, pastikan istirahat mereka cukup dalam waktu sehari. Rata-rata anak-anak kami minta untuk menjaga durasi tidur di rentang 8-10 jam per harinya. Makan sahur artinya mereka harus bangun lebih pagi daripada kebiasaan di luar jadwal romadhan. Ini jelas mengurangi durasi istirahat mereka. Jika tidak diikhtiarkan agar selalu cukup, maka bisa dipastikan saat di bangunkan sahur mereka akan uring-uringan. Cara mensiasatinya adalah memastikan mereka tidur siang, mengupayakan agar mereka tidak tidur habis subuh (agar siangnya bisa benar-benar tidur siang), dan selanjutnya memastikan mereka tidur sebelum jam 9 malam. Antar strategi tersebut berkaitan satu sama lain. Jika satu strategi sukses, maka strategi selanjutnya akan mengikuti jejaknya.

#2

Tips yang kedua adalah menyiapkan mereka untuk bangun sahur dengan obrolan sebelum tidur. Beberapa poin yang biasa kami obrolkan diantaranya jam berapa mereka ingin dibangunkan atau ingin menu makan sahur apa yang membuat mereka bersemangat. Hal ini sangat memudahkan sebab dapat menciptakan prakondisi ketika mereka dibangunkan. Kita tidak membangunkan secara sepihak dan semena-mena karena telah ada kesepakatan sebelumnya.

#3

Ketiga, yang biasa kami gunakan adalah memilih cara yang tepat untuk membangunkan tiap anak. Ibarat kurikulum yang biasa dipersonalisasi dalam praktik homeschooling, membangunkan seorang anak pun ternyata perlu disesuaikan dengan karakteristik unik masing-masing. Ada yang lebih suka dibangunkan dengan dipanggil-panggil. Ada yang lebih mudah dibangunkan dengan sentuhan. Ada juga yang lebih senang dibangunkan dengan pelukan dan unyel-unyelan. Kadang secara langsung kami tanyakan sebelumnya, mereka ingin dibangunkan oleh siapa dan dengan cara apa. Nyatanya, benar. 4 anak di rumah kami, meski tumbuh di lingkungan yang sama persis terbukti memiliki kebutuhan cara dibangunkan yang berbeda-beda.

#4

Strategi yang keempat dimunculkan berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Kami sudah menyiapkan prosesi bangun sahur ini sejak beberapa saat sebelum Ramadhan. Kebiasaan bangun lebih pagi dari jadwal subuh, ternyata cukup membantu dalam membangun ritme anak-anak dengan jadwal bangun yang baru. Dan salah satu hasil yang kami panen, ya pagi ini. Masih dalam suasana excited, adanya ritme yang terbentuk membuat anak lebih mudah bangun. Karena hari ini sudah Ramadhan, mungkin strategi ini sudah tidak relevan ya. Silakan bisa dipakai untuk Ramadhan tahun depan, Insya Allah, semoga Allah beri kita kesempatan.

Soal bangun membangunkan ini ternyata sangat sukses dalam menjaga mood anak. Ketika mood nya baik, prosesi memenuhi asupan sahur pun berjalan lebih lancar. Ini cara kami. Cara anda barangkali berbeda , bahkan kami pun masih terus mencari formula terbaru karena sementara anak-anak bertumbuh, kebiasaan berubah, kebutuhan nya pun akan terus berkembang.

Bagi yang punya cara lain silahkan drop dikomen ya, mudah-mudahan bisa jadi “bank” referensi.

Bantul, 24 April 2020/1 Ramadhan 1441 H

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 

Hai! Selamat datang di blog keluarga kami, #institutcahaya. Di sini kami akan berbagi kisah tentang perjalanan kami belajar, bertumbuh, dan berkontribusi untuk kemanfaatan sebagai keluarga pelaku home-based education. 

Sebagaimana perjalanan, terkadang kami melalui jalan menanjak, menurun, berkelok, jalan mulus dan bergelombang. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menemukan makna dan keindahan pada setiap prosesnya. Selamat menyimak ya!!! Mari belajar bersama 🙂

KATEGORI TULISAN

Mau cari tentang apa?

TULISAN TERBARU

  • Petualangan di Lintang Sewu
  • Terlindungi: Flash Fic – Cat Rescue
  • Fabel #3 – Ikan Ajaib dan Pak Nelayan yang Dermawan

KOMENTAR TERKINI

  • Institut Cahaya pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
  • Institut Cahaya pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
  • Fatya Bakhitah Sulaiman pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
©2022 Perjalanan Institut Cahaya | WordPress Theme by Superbthemes.com