Skip to content
Menu
Perjalanan Institut Cahaya
  • Beranda
  • Jurnal Ummi
  • Jurnal Kakak
  • Yang Menarik Lainnya
  • Jurnal Mas Akif
Perjalanan Institut Cahaya

Fabel #3 – Ikan Ajaib dan Pak Nelayan yang Dermawan

Posted on 15 Juni 2020

Pada suatu masa, hiduplah seorang nelayan yang baik. Orang-orang biasa memanggilnya “Pak Nelayan”. Pak Nelayan amat baik hati. Dia memberi makan orang-orang miskin dan anak yatim piatu di sekitar rumahnya. Dia juga sering menjamu para musafir yang kebetulan lewat di rumahnya.

Pak Nelayan sendiri sebetulnya bukan termasuk jejeran orang kaya di pelabuhan tempat dia tinggal. Bahkan terkadang hidupnya serba kekurangan. Namun dia selalu mengusahakan untuk tetap melakukan memberi makan orang-orang yang lebih kekurangan.

Suatu hari, Pak Nelayan pergi mencari ikan. Rencananya hasil tangkapan miliknya akan dibagi dua. Setengah untuk dijual, setengah lagi untuk persediaan. Ikan yang untuk persediaan biasanya dibekukan oleh Pak Nelayan agar tidak mudah basi. Sedangkan hasil penjualan ikan di pasar juga akan dibagi dua. Setengah untuk ditabung, setengah lagi dibelikan olehnya roti untuk menyuguh para “tamu kehormatan”.

Setelah sampai di tempat di mana dia biasa mencari ikan, Pak Nelayan mulai menebar jala alias jaring. Dalam sekali angkat, biasanya dia mendapatkan sekitar lima ikan berukuran besar dan sepuluh ikan yang berukuran kecil. Rencananya Pak Nelayan hanya akan sepuluh kali menebar jala hari itu.

Persis ketika dia mengangkat jala untuk terakhir kalinya pada hari itu, Pak Nelayan menemukan sebuah keanehan. Bukan karena dia hanya mendapat satu ikan, namun karena satu ikan tersebut berwarna keemasan dan memancarkan cahaya. Tak disangka, si ikan membuka mulutnya dan berkata:

“Aku adalah si Ikan Ajaib. Kumohon lepaskanlah aku, Pak Nelayan yang baik hati. Jika kau berkenan melepaskan aku, aku berjanji akan mengganti diriku dengan beberapa ikan yang besar-besar. Karena selain Ikan Ajaib, aku juga seekor Raja Ikan di laut ini,” tutur si Ikan Ajaib dengan wajah memelas. Hati Pak Nelayan pun luluh karena ucapannya. Akhirnya Pak Nelayan mengangguk tanda bahwa dia mengizinkan Ikan Ajaib pergi.

“Kau boleh pergi, Ikan Ajaib. Aku tidak menginginkan balasan atas ini. Kau tak perlu menebus dirimu dengan ikan lain, toh aku juga bisa mencarinya sendiri.” Balas Pak Nelayan. Wajah Ikan Ajaib pun berseri-seri. Pak Nelayan pun melepaskan Ikan Ajaib dari jeratan jala, lalu melepaskannya ke laut. Sebelum menyelam lebih dalam, Ikan Ajaib tak lupa untuk mengucapkan terima kasih pada Pak Nelayan.

Singkat kata singkat cerita, keesokan harinya Pak Nelayan kembali melaut. Nah, kali ini Pak Nelayan kembali terkejut. Bukan karena dia mendapatkan Ikan Ajaib lagi. Tapi karena dalam satu lemparan jala, dia mendapatkan banyak sekali ikan yang berukuran besar. Betapa senangnya Pak Nelayan, karena pada lemparan kedua dia berhasil mendapatkan hiu! Pada lemparan-lemparan selanjutnya Pak Nelayan juga tak kalah senang. Dia mendapatkan banyak sekali ikan-ikan yang termasuk langka di pasar pelabuhan.

Pada malamnya, Pak Nelayan tertidur pulas karena kelelahan. Pak Nelayan bermimpi dia bertemu dengan si Ikan Ajaib sekali lagi. Ikan itu berujar, Pak Nelayan, yang tadi siang itu adalah ungkapan terima kasihku. Juga esok hari, juga keesokannya. Terima kasih ya Pak Nelayan!

Setelah hari itu, Pak Nelayan selalu mendapat hasil tangkapan yang banyak dan besar-besar. Pak Nelayan pun senang. Tak lama kemudian, dia menjadi saudagar terkaya di wilayahnya. Dia memiliki banyak kapal beserta awaknya. Meski begitu, Pak Nelayan tetap dermawan seperti dulu. Malahan, dia makin rutin mengundang orang-orang miskin. Dia juga tidak menjadi sombong seperti kebanyakan orang yang mendadak menjadi kaya.

Kedermawanan dan kemuliaan adalah dua hal yang dapat menutupi aib.

– Imam Syafi’i

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 

Hai! Selamat datang di blog keluarga kami, #institutcahaya. Di sini kami akan berbagi kisah tentang perjalanan kami belajar, bertumbuh, dan berkontribusi untuk kemanfaatan sebagai keluarga pelaku home-based education. 

Sebagaimana perjalanan, terkadang kami melalui jalan menanjak, menurun, berkelok, jalan mulus dan bergelombang. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menemukan makna dan keindahan pada setiap prosesnya. Selamat menyimak ya!!! Mari belajar bersama 🙂

KATEGORI TULISAN

Mau cari tentang apa?

TULISAN TERBARU

  • Petualangan di Lintang Sewu
  • Terlindungi: Flash Fic – Cat Rescue
  • Fabel #3 – Ikan Ajaib dan Pak Nelayan yang Dermawan

KOMENTAR TERKINI

  • Institut Cahaya pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
  • Institut Cahaya pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
  • Fatya Bakhitah Sulaiman pada Suka Duka Menulis “Musuh Kegelapan”
©2021 Perjalanan Institut Cahaya | WordPress Theme by Superbthemes.com